Parlemen Jepang pada hari Rabu mengeluarkan undang-undang untuk membentuk Dewan Keamanan Nasional gaya AS, memberikan kantor perdana menteri otoritas yang lebih besar ketika Tokyo bergulat dengan pergeseran keseimbangan kekuasaan di Asia Timur.
Kerangka kerja baru akan berpusat di sekitar panel yang terdiri dari perdana menteri, kepala sekretaris kabinet dan menteri luar negeri dan pertahanan, yang akan memiliki kekuatan pengambilan keputusan atas kebijakan jangka menengah dan panjang mengenai masalah keamanan diplomatik dan nasional.
Pembentukan NSC telah menjadi prioritas bagi Perdana Menteri konservatif Shinzo Abe sejak ia berkuasa Desember lalu, dan terjadi ketika Tokyo terlibat dalam perselisihan yang semakin sengit dengan Beijing mengenai kedaulatan rantai pulau.
Baru akhir pekan lalu China mengumumkan akan menciptakan Zona Identifikasi Pertahanan Udara di Laut China Timur, termasuk di atas pulau-pulau yang disengketakan.
Pesawat yang memasuki zona itu harus mematuhi perintah Beijing, katanya, atau menghadapi ancaman aksi militer.
Langkah ini telah dikutuk sebagai “inflamasi” di seluruh dunia dan Jepang dan AS telah bersumpah untuk mengabaikannya.
Koalisi Abe yang berkuasa mendorong RUU rahasia negara yang kontroversial melalui majelis rendah parlemen Selasa.
Ini akan memberi Tokyo kekuatan yang jauh lebih luas dalam memutuskan apa yang merupakan rahasia negara, dan menghukum berat mereka yang membocorkan informasi.
Para kritikus mengatakan RUU itu kejam dan akan melanggar kebebasan pers dan hak publik untuk tahu.
Abe mengatakan undang-undang kerahasiaan akan memungkinkan NSC berfungsi secara efektif, karena kerangka hukum untuk mencegah kebocoran rahasia negara merupakan prasyarat bagi Jepang untuk berbagi informasi keamanan sensitif dengan negara lain.